Saat ini, harga gas di KEK Sei Mangkei dipatok seharga US$ 10,48 per MMBTU hingga kontrak berakhir di akhir 2020. harga kayu dan harga batu bata atau harga engsel pintu dan harga pasir atau harga genteng dan harga air cooler atau harga rolling door dan harga triplek atau harga wallpaper dinding dan harga cat besi Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Djoko Siswanto, mengatakan penurunan harga ini didasarkan permintaan industri yang saat ini telah beroperasi di KEK tersebut, yakni PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Adapun biaya yang ditekan untuk mengakomodir penurunan harga tersebut adalah biaya operating and maintenance (ONM) pipa gas.
"Itu konsumennya minta harga diturunkan di bawah US$ 10 per MMBTU, jadi US$ 9,9 per MMBTU lah. Kita turunkan biaya ONM. Dari hulunya juga sumber gasnya dari Blok A Medco, sekarang kan dari NSBNSO di kisaran harga US$ 7,5 per MMBTU, sementara kalau dari Medco kan US$ 7,03. Biaya ONM-nya turun setelah kontrak ini selesai," jelas Djoko usai rapat di kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (26/2/2019).
Saat ditemui secara terpisah, Direktur Utama PT Pertamina Gas (Persero), Wiko Migantara, mengatakan pihaknya selaku distributor gas ke kawasan tersebut sebenarnya sudah menekan biaya di bawah keekonomian pipa agar gas tetap mengalir.
"Sudah seperti itu sebetulnya. Memang ada yang diusulkan Pak Dirjen [Djoko Siswanto] yakni menurunkan salah satu komponen biaya setelah 2021. Ini karena ada komponen cost of money yang baru selesai pada 2021," kata Wiko.
Dia menjelaskan, volume gas yang disalurkan Pertagas ke KEK Sei Mangkei saat ini baru sebesar 2,5 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Kendati demikian, potensi penyaluran ke depannya dapat mencapai 60 juta kaki kubik per hari.
"Harga gas bukan satu-satunya faktor penentu industri masuk ke sana, ada juga soal akses ke pelabuhan dan hal-hal lainnya," imbuhnya.